Beranda | Artikel
Ada Apa Dengan Radio Rodja dan Rodja TV (bag 10)? - Tanggapan untuk Al-Ustadz bag 2
Kamis, 7 November 2013

Kesebelas : Al-Ustadz berkata ((Saya mengira bahwa Ustadz Firanda baru berniat membuat bantahan atau hal semisal itu. Namun, sehari setelah itu, tepatnya pada 4 Oktober 2013, Ustadz Firanda mengeluarkan tulisan baru dengan judul, “Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 2)? – Surat Al-Ustadz Dzulqornain Kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzaan.” Saya memuji Allah Subhânahu wa Ta’âlâ yang menampakkan isi hati orang ini sehingga tampak jelas keinginan dia yang sebenarnya serta tiada keraguan terhadap makar dan tipu dayanya))

Kritikan : Ya ustadz, ana rasa tidak perlu antum menilai hati seseorang dengan sikap suudzon. Perkataan antum ((Saya mengira bahwa Ustadz Firanda baru berniat membuat bantahan atau hal semisal itu…)). Apalagi antum berkata “saya memuji Allah yang menampakan isi hati orang ini”.

Ini murni bentuk suudzon, demi Allah waktu saya mengirim surat meminta antum untuk menerjemahkan surat Sykh Al-Fauzan, saya memang belum membantah dan belum menulis satu hurufpun. Setelah saya mengirim surat kepada antum baru saya membantah antum, dan saya rasa 1 hari sudah cukup bagi saya untuk menyusun bantahan tersebut. Bukankah bisa dilihat dalam web saya, hampir setiap hari saya membuat artikel, bahkan terkadang dalam sehari bisa 2 artikel…., kenapa antum suudzon kepada isi hati ana, apalagi mengkait-kaitkan dengan perkataan antum ((saya memuji Allah yang menampakan isi hati orang ini))?? Apalagi antum menuduh ana berbuat makar dengan perkataan antum ((serta tiada keraguan terhadap makar dan tipu dayanya)). Tidak perlulah antum menebak isi hati orang, apalagi dengan sikap suudzon. Baarokallahu fiik

 

Kedua belas : Perkataan al-Ustadz ((Siapa saja yang membaca semua tulisan Ustadz Firanda tentang pembelaannya terhadap Rodja akan mendapati Ustadz Firanda ini sebagai orang yang kurang akal dan jelek pemahamannya))

Saya rasa al-Ustadz mungkin berfikir kembali tentang perkataan beliau ((Siapa saja)). Karena saya mendapati banyak yang membaca tulisan saya memberi tanda “like” kepada tulisan saya. Sebagai contoh dalam tulisan saya (https://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/383-ada-apa-dengan-radiorodja-rodja-tv) yang me “like” berjumlah 7000. Bukan maksud saya banyak merupakan ukuran kebenaran akan tetapi mungkin juga yang me “like” tersebut juga orang-orang yang kurang akal dan jelek pemahamannya seperti firanda, sehingga mereka me”like”. Tolong nasehati mereka al-Ustadz, agar mereka bisa berakal panjang dan baik pemahaman serta bagus bahasa arabnya seperti antum. Baarokallahu fiik

 

Ketiga belas : al-Ustadz berkata ((, beberapa kali Ustadz Firanda menukil dari situs http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/ yang dikelola oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halaby dan pengikutnya.

Mungkin kebanyakan ulama, yang men-tahdzir situs tersebut, tidak dianggap oleh Ustadz Firanda. Akan  tetapi, guru kami, Syaikh Shalih bin Sa’d As-Suhaimy hafizhahullâh -yang merupakan salah seorang ulama besar Madinah dan masih dianggap sebagai rujukan oleh Ustadz Firanda-, telah men-tahdzir situs tersebut dan menyebutnya sebagai situs-situs masybûhah ‘bersyubhat, tidak jelas’))

Kritikan saya dari beberapa sisi :

–         Syaikh Sholeh As-Suhaimi bukanlah termasuk jajaran ulama kibar di Madinah (bukan bermaksud merendahkan beliau, akan tetapi mendudukan seseorang pada kedudukan sesungguhnya). Beliau pernah ditanya siapakah ulama?, maka jawaban beliau : Ulama adalah seperti Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbaad dan Syaikh Ali Nashir Al-Faqihi.

–         Diantara tawadhu Syaikh Sholeh As-Suhaimi beliau sering membaca karya-karya Syaikh Abdurrozzaq, bahkan sebagian karya syaikh Abdurrozzaq diajarkan oleh Syaikh Sholeh As-Suhaimi di masjid nabawi

–         Syaikh Sholeh As-Suhaimi pernah mengisi dauroh di kebun teh lawang yang diselenggarakan oleh Ma’had Ali bin Abi Tholib dari Al-Irsyad Surabaya, yang dianggap hizbi oleh Jama’ah Tahdzir.

–         Yang menakjubkan jika Kholid Bawazir (yang dianggap dedengkot sumber dana hizbi oleh Jama’ah Tahdzir) jika datang ke kota Madinah maka para masyayikh semuanya ingin menjamu beliau, baik Syaikh Sholeh As-Suhaimi, Syaikh Abdurrozzaq, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili, Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili, dan juga Syaikh Abdus Salam As-Suhaimi. Bahkan saya yang termasuk mengantar beliau ke rumah sebagian masyaikh tersebut. Jadi Kholid Bawazir ini dianggap hizbi oleh Jama’ah tahdzir, tapi dianggap tamu mulia oleh para masyayikh???. Saya rasa lebih enak dihormati oleh masyayikh dari pada dihormati jama’ah tahdzir

–         Yang lebih menakjubkan lagi ternyata Syaikh Sholeh As-Suhaimi pernah mengisi di Radiorodja…(https://archive.org/details/KajianIslamRadioRodja756Am_32), seharusnya sekarang al-Ustadz Dzulqornain yang selalu bolak-balik ke Madinah memperingatkan para masyayikh tersebut agar tidak ditipu oleh ustadz-ustadz Rodja sebagaimana Syaikh Robi yang menyatakan bahwa Syaikh Abdurrozzaq ditipu oleh pihak Radiorodja.

–         Lantas apakah sahab.net salamat dari kritikan ulama??

–         Apakah al-ustadz punya standar ganda, hanya memakai perkataan Syaikh Sholeh as-Suhaimi jika diperlukan??

 Anehnya juga jama’ah tahdzir mengadakan pengajian dengan judul lihat (http://ahlussunnahslipi.com/kajian-ilmiyyah-jadilah-seorang-salafy-sejati-bersama-al-ustadz-muhammad-umar-as-sewed/), dengan membahas kitab “Kun Salafiyan ‘Alal Jaddah” karya Asy-Syaikh DR. Abdussalam bin Salim As-Suhaimi. Ternyata…sang penulis kitab sendiri Asy-Syaikh DR Abdussalam As-Suhaimi pernah mengisi langsung bukunya tersebut di radiorodja beberapa tahun yang silam??. (silahkan dengar di http://kajian.net/kajian-audio/Ceramah/Syaikh%20Dr%20Abdus%20Salam%20bin%20Salim%20A%20Suhaimi/Jadilah%20Salafy%20Sejati)Rupanya Radiorodja sudah berusaha menjadi salafy sejati lebih dahulu dari pada Jama’ah tahdzir yang ketinggalan zaman, dan yang bahas bukan penulis aslinya. Yang penulis buku ngisi di Radiorodja dan dauroh yang diadakan oleh Ma’had Ali bin Abi Tholib, akan tetapi al-Ustadz dari Jama’ah tahdzir yang membahas kitab tersebut ternyata menghzibikan dan membid’ahkan radiorodja dan penyelenggara dauroh. Kita ikut siapa ya?, ikut penulis kitab, atau sang ustadz yang mencoba memahami isi kitab tersebut??

 

Keempat belas : Al-Ustadz berkata ((Ustadz Firanda berkata, “Permasalahan mengenai Ihyaa At-Turoots telah saya bahas dengan panjang lebar, diantara perkataan saya ((…Demikian juga tatkala kita menghadapi permasalahan mengambil dana dari yayasan Ihyaa At-Turoots. Karena inilah yang menjadi permasalahan utama, bukan masalah apakah yayasan Ihyaa At-Turoots ini hizbi atau tidak, karena mayoritas yang ditahdziir dan dikatakan sururi adalah orang-orang yang tidak mengambil dana sama sekali, akan tetapi kena getahnya terseret arus tahdzir gaya MLM, yaitu barang siapa yang tidak mentahdziir si fulan maka dia juga sururi??!!. Jika kita sepakat bahwasanya Ihyaa At-Turoots adalah yayasan hizbi maka apakah yang mengambil dana otomatis menjadi sururi?,inilah permasalahannya.!!.”

Tuduhan dusta ini sudah pernah Saya jawab sebagai berikut,

“Sekali lagi, Saya memberi waktu bagi Ustadz Firanda guna mendatangkan bukti tentang tuduhan yang jauh dari kejujuran dan kebenaran di atas.

Telah diketahui dari Saya, bahkan kadang sebagian kawan-kawan Saya sendiri mempermasalahkan sikap Saya, bahwa Saya memandang boleh mengambil dana dari Yayasan Ihyâ` At-Turâts apabila Yayasan Ihyâ` At-Turâts memberi tanpa syarat dan ketentuan.))

Kritikan :

Al-Ustadz menuduh saya berdusta…, dimana letak dustanya??. Perkatan yang saya yang dinukil oleh Al-Ustadz terdapat di  (https://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/383-ada-apa-dengan-radiorodja-rodja-tv). Perkataan saya tersebut bahkan saya jelaskan saya menukilnya dari artikel saya yang lain tatkala membantah al-Ustadz Askari ((https://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/101-salah-kaprah-tentang-hajr-boikot-terhadap-ahlul-bidah-seri-6-tahdziir-dan-tabdii-berantai-ala-mlm-awas-sururi)).

Lantas dimana letak dusta saya??. Sudah menjadi perkara yang maklum dan mutawatir kalau teman-teman antum dari jama’ah tahdzir mentabdi’ karena mengambil dana dari at-Turots, bahkan jika tidak mentahdzir maka akan ikut ditahdziiir….ala MLM. Ini adalah hala yang mutawatir wahai ustadz??. Lantas dimana kebohongan saya??. Saya kasih waktu buat ustadz agar bisa menjelaskan dan mendatangkan bukti !!!.

Adapun jika ustadz mentahdzir Iyhaa At-Turoots bukan karena masalah dana, maka itu madzhab al-Ustadz sendiri??, saya sedang membantah madzhab MLM yang dianut oleh jama’ah Tahdzir.

Sekarang saya bertanya kepada al-Ustadz, apakah al-Ustadz tidak menganut madzhab tahdzir MLM??. (semoga tidak). Akan tetapi, Kita kembali ke PERMASALAHAN INTI !!!, kenapa al-Ustadz mentahdzir Radiorodja, Ustadz Yazid Jawas dll, bahkan pernah al-Ustadz mengumpulkan tanda tangan sembilan ustadz untuk mentahdzir atau mentabdi’ para ustadz, diantaranya al-Ustadz Yazid !!!. Masihkah al-Ustadz ingat dengan selebaran tanda tangan tersebut??.

Lupakah antum wahai al-Ustadz dengan pernyataan yang antum tanda tangani, ((Karena itu kami berlepas diri dari Yazid Jawas, Abu Nida, Aunur Rofiq Ghufron, Ahmas Faiz (majallah As-Sunnah), dan yang semisalnya yang masih jelas pembelaan dan hubungannya dengan yayasan Ihyaa At-Turhats dan yayasan As-Shofwa))

Berikut fotokopi peranyataan antum dan kawan-kawan :

Jika antum tidak bermadzhab MLM lantas apakah antum tidak pernah mentahdzir ustadz-ustadz diluar jama’ah tahdzir??. (semoga tidak pernah, dan semoga antum bukan bermadzhab MLM). Baarokallahu fiikum.

Saya juga meminta al-Ustadz al-Fadil untuk menjawab pernyataan saya ((Al-Ustadz berkata ((Yang menyedihkan, kami melihat sejumlah orang-orang Radio dan TV Rodja sikap fanatisme yang batil dan tercela serta marah terhadap orang-orang yang mentahdzir dan berbicara dengan kebenaran tentang Yayasan Ihyaa At-Turoots Al-Kuwaitiyah. Diantara mereka adalah Penanya al-Akh Firanda, ia telah menulis sebuah buku yang dicetak yang ia dengan semangat dalam buku tersebut membela Yayasan Ihyaa’ At-Turoots Al-Kuwaitiyah))…

Lalu sayapun berkata ((Adapun saya marah dengan fanatis yang batil dan tercela jika ada orang yang membantah Ihyaa At-Turoots, maka ini merupakan kedustaan wahai ustadz. Bahkan saya mempersilahkan antum dan para sahabat antum untuk membantah Yayasan Ihyaa At-Turoots dengan sepuas antum. Akan tetapi yang menjadikan saya tidak suka adalah menjadikan pembahasan At-Turots sebagai sarana untuk mentabdi’ para ustadz dan juga menyesatkan Radio Rodja. Karenanya coba al-Ustadz kembali membaca buku saya tersebut, semuanya terfokus pada sikap ahlus sunnah yang benar dalam menghadapi permasalahan khilafiyah diantara para ulama. Karenanya saya sering menyatakan bahwa bantahan yang ditulis oleh ustadz Askari adalah tidak nyambung, karena pembahasan saya bukanlah utamanya tertuju pada sesatnya yayasan Ihyaa At-Turoorts, akan tetapi apakah bermu’amalah dengan yayasan tersebut menjadikan seseorang otomatis menjadi sesat?? Sururi?? Hizbi?? Mubtadi’??. Itu yang saya bahas. Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua…))

 

Kelima Belas : Perkataan al-Ustadz ((Saya bersama beberapa ikhwan yang datang dari Indonesia pernah berjumpa dengan sejumlah mahasiswa Jamî’ah Islamiyyah Madinah -seingat Saya adalah bahwa hampir seluruh mahasiswa pasca sarjana hadir, kecuali Ustadz Firanda-, di rumah Syaikh Muhammad bin Hâdy Al-Madkhaly hafizhahullâh.))

Kritikan :

Wahai al-Ustadz, bukankah anda adalah seorang muhaddits yang hebat, yang mengkerdilan Syaikh Ali Hasan murid ahli hadits abad ini??. Dan bukankah antum tahu tentang makna dan persyaratan “Tsiqoh” menurut ahli hadits??, yaitu memiliki hapalan yang kuat??

Kok bisa antum mengatakan ana tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Bukankah ana yang protes terhadap Syaikh tatkala itu dihadapan antum??. Ana berkata kepada syaikh : “Sebagian ustadz kami telah bermuamalah dengan at-Turots bertahun-tahun lamanya dan kami tidak melihat tanda-tanda hizbiyah pada mereka??”. Saya juga berkata, “Syaikh kita menghukumi seseorang dengan melihat kondisi mereka sekarang ataukah dengan melihat kondisi mereka masa depan?”. Syaikh menjawab ((Syaikh menjawab, “Mereka pasti akan berjabat tangan dengan sufiyah, aku sudah pengalaman, janggutku sudah putih” (kira-kira itu jawaban syaikh).))

Wahai al-Muhaddits al-Ustadz Dzulqoranin, kejadian ini kenapa bisa anda lupakan, kehadiranku kenapa hilang dari ingatanmu??, silahkan anda bertanya kepada Hasan Rasyid?, ataukah anda bertanya kepada segenap mahasiswa madinah !!!. saya rasa ingatan mereka masih hangat….

Tapi ya namanya manusia, meskipun muhaddits sekaliber antumpun masih memungkinkan lupa dan salah nukil…

 

Keenam belas : Perkataan al-ustadz ((Syaikh Abdurrazzaq hafizhahullâh maupun ayah beliau yang mulia, Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullâh, tidak pernah marah terhadap siapa saja yang menjelaskan kesalahan dan penyimpangan Ihyâ` At-Turâts.))

Kritikan : Ya al-Ustadz, sudah saya katakan bahwa kalau hanya sekedar mengkritik maka tidak menjadi masalah, silahkan mereka mengkritik. Akan tetapi tatkala kritikan tersebut menjadi bahan untuk mentahdzir dan mentabdi’ apalagi ala MLM maka ini jelas membuat marah para masyayikh. Bukankah saya sudah nukilkan berulang-ulang kritikan Syaikh Abdul Muhsin terhadap orang-orang yang mengkritik Yayasan Ihyaa At-Turots, agar mereka tahu diri dan melihat kedudukan mereka. Karena Syaikh bin Baaz dan Syaikh Utsaimin juga mengisi di Yayasan Ihyaa At-Turots dan tidak mentahdzir apalagi membid’ahkan??. Berikut saya nukil lagi perkataan Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad :
التحذير من فتنة التجريح والتبديع من بعض أهل السنة في هذا العصر

وقريبٌ من بدعة امتحان الناس بالأشخاص ما حصل في هذا الزمان من افتتان فئة قليلة من أهل السنَّة بتجريح بعض إخوانهم من أهل السنة وتبديعهم، وما ترتَّب على ذلك من هجر وتقاطع بينهم وقطع لطريق الإفادة منهم، وذلك التجريح والتبديع منه ما يكون مبنيًّا على ظنِّ ما ليس ببدعة بدعة، ومن أمثلة ذلك أنَّ الشيخين الجليلين عبد العزيز بن باز وابن عثيمين ـ رحمهما الله ـ قد أفتيا جماعة بدخولها في أمر رأيَا المصلحة في ذلك الدخول، ومِمَّن لم يُعجبهم ذلك المفتَى به تلك الفئة القليلة، فعابت تلك الجماعة بذلك، ولَم يقف الأمر عند هذا الحدِّ، بل انتقل العيب إلى مَن يتعاون معها بإلقاء المحاضرات، ووصفه بأنَّه مُميِّع لمنهج السلف، مع أنَّ هذين الشيخين الجليلين كانا يُلقيان المحاضرات على تلك الجماعة عن طريق الهاتف

((Peringatan terahadap fitnah tajrih dan tabdi’ dari sebagian ahlus sunnah di zaman ini :

“Yang mirip dengan bid’ah menguji orang-orang (termasuk ahlus sunnah atau hizbi-pen) dengan sosok-sosok tertentu (yaitu dengan sosok syaikh-syaikh tertentu-pen), apa yang terjadi di zaman ini, dari fitnah segelintir kecil dari ahlus sunnah dengan mentajrih sebagian saudara-saudara mereka dari ahlus sunnah serta mentabdi’ mereka. Demikian juga dampak yang timbul seperti saling memboikot dan menghajr diantara mereka dan tidak bolehnya mengambil faedah dari mereka

Dan sikap tajrih dan tabdi’ tersebut diantaranya ada yang dibangun di atas menyangka suatu yang bukan bid’ah sebagai bid’ah. Dan diantara contohnya adalah dua orang syaikh yang mulia Abdul Aziz bin Baas dan Ibnu Utsaimin rahimahumallahu telah berfatwa kepada suatu jama’ah untuk masuk dalam suatu perkara, kedua syaikh ini melihat adalah kemaslahatan untuk masuk dalam perkara tersebut. Diantara yang tidak suka dengan fatwa ini adalah segelintir kecil kelompok tersebut, maka merekapun mencela jama’ah tersebut. Bahkan perkaranya tidak berhenti hingga disini, bahkan celaan berpindah kepada siapa saja yang berta’awun (bekerjasama) dengan jama’ah tersebut berupa menyampaikan pengajian-pengajian, dan para penyampai pengajian tersebut disifati dengan mumayyi’ (lemah) terhadap manhaj salaf. Padahal kedua syaikh yang mulia tersebut (Syaikh Bin Baaz dan Ibnu Utsaimin) telah mengisi pengajian di jama’ah tersebut melalui telephon”)) (Al-Hats ‘alaa Ittiba As-Sunnah hal 26).

Jama’ah yang dimaksud oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad adalah Yayasan Ihyaa At-Turots di Kuwait.

Wahai al-ustadz, jelas ini merupakan bentuk pengingkaran dari Syaikh Abdul Muhsin atas sikap Jama’ah Tahdzir…. Lantas apakah kemarahan  syaikh harus diungkapkan dengan model marah-marah seperti jama’ah tahdzir seperti mengatakan “Berakal pendek”, “kambing terbang” “pembuat makar”,  dll ??!!

 

Ketujuh belas : Perkataan al-ustadz ((Orang-orang yang kurang akal seperti Ustadz Firanda memang akan sulit memahami keagungan syariat membela agama dari segala penyimpangan sehingga tahdzir terhadap kesalahan-kesalahan jelas Rodja ditanggapi sangat jelek oleh Ustadz Firanda dengan ucapan))

Ini yang saya harapkan dari Al-Ustadz, mentahdzir Radiorodja dengan kesalahan-kesalahan yang jelas. Tolong sebutkan kesalahan-kesalahan yang jelas tersebut wahai ustadz !! ditunggu !!.

Adapun mengenai diputarnya clip video Syaikh Muhammad al-Arifi maka penjelasannya sebagai berikut :

–         Yang memutar tersebut adalah salah seorang kru rodja bagian IT yang memasukan video tersebut tanpa sepengetahuan para ustadz. Berangkat dari husnudzon kru tersebut bahwa syaikh adalah adalah para dai ahlus sunnah karena tidak ada tabdi’ atau tahdzir yang masyhur sebelumnya.

–         Lagipula sudah dilarang untuk diputar lagi klip tersebut, bukan karena tahdziran para jama’ah tahdzir, akan tetapi karena ada seorang ustadz yang melihat lantas mengingatkan. Jadi waktu al-Ustadz dzulqornain mentahdzir rodja video tersebut sudah tidak diputar.

 

Kedelapan belas : Al-Ustadz dengan bangga berkata ((Alhamdulillah, Saya merasa tenang dengan tahdzir Saya terhadap Rodja dengan kalimat-kalimat ringkas yang telah tersebar))

Kritikan :

Kalimat ringkas tahdziran tersebut isinya sebagai berikut :

((“Saya tidak menasehatkan mendengarkan atau melihat TV Rodja, karena adanya orang-orang didalam radio ini, sebagian manhajnya tidak benar, dan sebagiannya tidak jelas, dan Alhamdulillah fasilitas untuk belajar agama sudah sangat banyak dimasa ini”))

Inilah kalimat ringkas yang dibanggakan oleh al-Ustadz, padahal :

–         Bukankah al-Ustadz memaksudkan tahdziran ini untuk para penuntut ilmu, adapun orang awam boleh mendengar rodja karena rodja ibarat orang fajir tapi memberi manfaat bagi orang awam??

–         Bukankah yang seharusnya adalah sebaliknya : Justru orang awam yang tidak boleh mendengar rodja karena banyak syubhat dan orang awam tidak mengerti syubhat?. Justru para penuntut ilmu boleh mendengar rodja karena mereka mengerti syubhat??!!. Oleh karenanya fatwa Al-Muhaddits Al-ustadz al-Fadil Dzulqornain saya rasa terbalik, maaf !!

–         Kalau memang orang awam boleh mendengar rodja lantas kenapa justru tahdziran ini tersebar di orang-orang awam??

–         Bahkan tersebar dan ditangkap dengan senang oleh ahlul bid’ah??

Yang terakhir : Tentunya tahdziran agar bermanfaat adalah dengan kejelasan bukan dengan kalimat ringkas yang kabur maknanya dan tidak jelas. Karenanya saya minta al-Ustadz untuk menjelaskan maksud perkataan tahdzirannya?

Siapakah saja pengisi rodja yang sebagian manhajnya tidak benar dan sebagiannya tidak jelas??

Apa ketidak benaran dan ketidak jelasan tersebut??, ditunggu masukannya al-Ustadz !!

Saya tutup tanggapan ini dengan berita menarik dari artikel yang saya baca (wallahu A’lam dengan kebenarannya, dan sangat dimohon para ikhwan Jama’ah Tahdzir untuk mengecek kebenaran berita tersebut)- ternyata warga Dammaj tempat al-Ustadz Dzulqornain belajar telah menerima bantuan dari Yayasan Ihyaa At-Thurats. (silahkan lihat di http://gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/1610-bantuan-dana-yayasan-ihya-at-turats-kuwait-mengalir-untuk-warga-dammaj)

Demikian pula ternyata Syaikh Muhammad ‘Umar Bazmuul duduk bareng dalam satu seminar keislaman bersama pimpinan Yayasan Ihyaa At-Turoots Kuwait, Thaariq Al-‘Iisaa :

http://www.youtube.com/watch?v=HodznN8pEEI

Bagaimana ?. Apakah saudara-saduara kita dari Jama’ah Tahdziir mau mentahdzir Syaikh Bazmuul karena bermajelis dengan ahlul-bid’ah…., ataukah ada standar ganda??

Akhukum Fillah Abu AbdilMuhsin Firanda.

 

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/968-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-10-tanggapan-untuk-al-ustadz-bag-2.html